Kamis, 19 Oktober 2017

Belajar Pentingnya Kesetaraan Gender dari Rumah


Kenalkan aku Rosiy, laki-laki berusia 20 tahun yang tinggal di tengah-tengah padatnya penduduk Surabaya. Disini aku ingin berbagi sedikit cerita mengenai peran kesetaraan gender yang ada di keluarga kecilku. Tanpa aku sadari penerapan kesetaraan gender sudah diajarkan oleh kedua orang tuaku sejak kecil. Di rumah sederhana, tinggalah aku, ayah, ibu dan kedua adikku.

Mereka mengajarkanku tentang pelajaran hidup yang sangatlah berarti. Mengajarkan betapa pentingnya menghargai sesama. Tidak pandang usia, jenis kelamin maupun strata. Terlebih akan pembagian tugas akan laki-laki dan perempuan. Ibuku tak canggung untuk membantu mencari nafkah. Begitu sebaliknya, ayahku tak risih melakukan pekerjaan rumah yang identik dengan pekerjaan perempuan. Seperti halnya mencuci pakaian kotor, mencuci piring dan gelas kotor. Ini salah satu bentuk kecil penerapan kesetaraan gender yang aku rasakan sendiri dalam keluargaku.

Sebagai laki-laki, aku pun senang ketika diajak ibu ke pasar yang notabene sangat jarang laki-laki pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur. Boro-boro belanja ke pasar, menginjakkan kaki ke pasar pun aku yakin banyak laki-laki yang jarang melakukannya. Aku pun sempat diejek teman-temanku ketika saat menjumpai diriku dengan tas kresek merah besar yang aku tenteng dari pasar. Apa yang salah?

Aku masih ingat betul ketika duduk di bangku SMP aku selalu dibangunkan ibuku pagi-pagi untuk membelanjakan kebutuhan bahan untuk berjualan. Saat itu kedua orang tuaku membuat jajanan pasar dan dititipkan warung-warung pinggir jalan. Hebatnya mereka berdua saling membantu dalam hal menyiapkan dagangannya. Ibuku yang membuat adonan, ayahku yang menggorengnya.

Ketika ayahku bekerja larut malam ia menyempatkan untuk membawa pulang, bungkusan berupa mie goreng kesukaan anak-anaknya. Sesampainya di rumah, dibangunkannya aku dan kedua adikku. Walau mata masih mengantuk, tapi kami masih bisa menghabis semua makanan tersebut. Ini salah satu bentuk kecil rasa sayang ayah kepada anak-anaknya. Walau sudah lelah bekerja, ia masih mengingat anak-anaknya di rumah.


Kesetaraan gender akan terjadi di keluarga bilamana satu sama lain dapat membagi tugas masing-masing. Sehingga pemerataan beban keluarga dapat dipikul bersama. Hal-hal kecil seperti ini mungkin terlihat sepele di mata kita. Tetapi ternyata, sesungguh kesetaraan gender sudah ada meskipun tidak begitu kentara. Meski, masih ada yang diskriminasi gender yang membuat suatu konflik sosial yang tak ada ujungnya.

Lantas apa yang perlu kita lakukan? Sederhana. Kita harus paham betul pembagian dan peran gender satu sama lain. Kita tidak menuntut lebih kepada lawan jenis kita. Atau bahkan kita tidak boleh merendah ketika lawan jenis dapat melebihi kemampuan kita. Semuanya sama. Semuanya saling mengisi. Kita setara.

Kita harus bangga akan apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Menghargai sesama, menghargai perbedaan, menghindari perselisihan. Akanlah indah duniaku ini.

Inilah potret keluarga kecil, bagaimana dengan keluargamu? Sudahkah sama atau bahkan lebih setara lagi.

Baca Selengkapnya
Tidak ada komentar
Share:

Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals 2030


Ada yang sudah pernah mendengar istilah Sustainable Development Goals (SDGs)? Jika belum, dalam artikel kali ini kami akan membahas tentang apasih SDGs?

SDGs (Sustainable Development Goals) atau yang dikenal Global Goals merupakan seruan universal untuk bertindak mengakhiri kemiskinan, melindungi dan memastikan bahwa semua orang menikmati kedamaian dan kemakmuran yang diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2015 sebagai tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai Negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

SDGs adalah hasil dari proses yang bersifat partisipatif, transparan dan inklusif terhadap semua suara pemangku kepentingan dan masyarakat selama tiga tahun. SDGs akan mewakili sebuah kesepakatan yang belum terjadi sebelumnya yang terkait prioritas-prioritas pembangunan berkelanjutan diantara 193 Negara Anggota.

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, SDGs (Sustainable Development Goals) memiliki 17 upaya dimana upaya tersebut bersifat global dan dapat diaplikasikan secara universal yang dipertimbangkan dengan berbagai realitas nasional, kapasitas serta tingkat pembangunan yang berbeda dan menghormati kebijakan serta prioritas nasional. Upaya dan Target SDGs tidak berdiri sendiri, perlu adanya implementasi yang dilakukan secara terpadu.


Upaya dari SDGs (Sustainable Development Goals) yang salah satu upayanya dimana SDGs menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh perempuan atau dalam THE GLOBAL GOALS tertulis Gender Equality “Achieve gender equality and empower all women and girls” yang mana Gender Equality ini dibuat untuk Mengakhiri semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan bukan hanya hak asasi manusia, tapi juga penting untuk mempercepat SDGs. Sudah terbukti berkali-kali, bahwa memberdayakan perempuan dan anak perempuan memiliki multiplier effect, dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di seluruh papan.

Yang bertujuan untuk membangun pencapaian untuk memastikan bahwa ada akhir diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan di mana-mana.Masih ada ketidaksetaraan besar di pasar tenaga kerja di beberapa daerah, dengan perempuan secara sistematis menolak akses lapangan kerja yang setara. Kekerasan dan eksploitasi seksual, pembagian tidak adil atas perawatan dan pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar, dan diskriminasi di jabatan publik, semuanya tetap merupakan hambatan besar.

Menanamkan hak perempuan atas sumber daya ekonomi seperti tanah dan harta benda merupakan sasaran penting untuk mewujudkan tujuan ini. Jadi, memastikan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi. Saat ini ada lebih banyak wanita di kantor publik daripada sebelumnya, namun mendorong para pemimpin perempuan akan membantu memperkuat kebijakan dan undang-undang untuk kesetaraan gender yang lebih besar.


Baca Selengkapnya
Tidak ada komentar
Share:

Sosok Inspiratif: Kompol Dies Ferra Ningtyas, S.I.K


Kali ini kita akan membahas sosok inspiratif dari kota Surabaya. Beliau adalah seorang polisi wanita berpangkat Komisaris Polisi yang kini menjabat sebagai Kapolsek Bubutan, Surabaya. Kompol Dies Ferra Ningtyas, S.I.K, begitu nama lengkapnya. Polisi wanita berparas cantik ini menjadi sosok yang menurut kami patut menjadi inspirasi dan menggambarkan wujud dari kesetaraan gender yang ada di lingkungan masyarakat, khususnya lingkup kepolisian.

Ditemui di ruang kerjanya, kami disambut dengan sapaan ramah dan hangat. Sempat grogi saat pertama kali memasuki ruang kerja beliau. Maklum ini kali pertama kami melalukan temu wicara dengan seorang atasan polisi. Kami mengawali pertanyaan seputar tentang peran wanita sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya, beliau menceritakan perjalanan karirnya hingga mencapai posisi saat ini. Ternyata, beliau sudah dibesarkan di dalam lingkungan polisi.

"Saya besar di asrama kepolisian. Ayahku berprofesi sebagai seorang polisi, sehingga dari kecil saya sudah terbiasa dengan dunia kepolisian", ucap Bu Ferra --sapaan akrabnya.

Setelah lulus di bangku SMA, beliau langsung melanjutkan masuk di Akamedi Kepolisian.(Akpol). Beliau lulus pendidikan pada tahun 2005 dan menjadi angkatan pertama Taruni di Indonesia. Bu Ferra menjadi satu dari 31 taruni yang terpilih dari seluruh Indonesia. Hingga akhirnya pada akhir tahun 2016, beliau diangkat menjadi Kapolsek Bubutan Surabaya.

Peran Wanita Sebagai Seorang Pemimpin

Sebagai seorang pemimpin, Bu Ferra memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Menjadi seorang wanita membuat sisi keibu-ibuannya sering keluar dalam setiap keputusan yang diambil. Ketika ada permasalahan di kantornya, beliau tidak langsung memberikan peringatan keras kepada bawahannya. Beliau lebih suka dengan gaya memberikan arahan terlebih dahulu dan membimbingnya agar menjadi lebih baik dan memperbaiki kesalahannya.

"Kalau kata Bapak Kapolri, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin baru", ucapnya secara optimis.


Beliau berprinsip bahwa segala sesuatu yang dikerjakan harus berdasarkan keikhlasan dan kesabaran sehingga nantinya akan diberikan jalan untuk melakukan yang terbaik. Di tengah-tengah pembicaran seputar peran wanita sebagai seorang pemimpin, Bu Ferra bercerita tentang peran wanita di dunia kepolisian.

"Dulu Polwan identik dengan pekerjaan di belakang meja, seperti menjadi staff. Tapi berbeda dengan sekarang, polisi wanita sudah mulai diperhitungkan. Banyak yang sudah bekerja di lapangan tak kalah dengan laki-laki.", ujar peraih predikat Kapolsek Terbaik ke-6 oleh Kapolres Surabaya.

Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa polisi wanita juga sudah mulai banyak menjabat menjadi seorang pimpinan di dunia kepolisian, salah satunya ya Bu Ferra ini.

Peran Wanita Sebagai Seorang Ibu Rumah Tangga

Menjadi seorang Kapolsek dengan rutinitas segudang tak membuat Bu Ferra lupa dengan perannya sebagai ibu rumah tangga. Beliau berusaha untuk memanfaatkan waktu senggangnya untuk didedikasikan ke buah hatinya. Sesekali Bu Ferra mengajak anak-anaknya pergi bermain atau menonton bioskop. Meskipun sebentar kegiatan kecil seperti dirasa begitu efektif untuk mengisi quality time bersama keluarga.


Saat ditanya apakah anak-anaknya pernah protes tentang pekerjaannya. Beliau langsung menjawab, tidak. Sebab, Bu Ferra sudah membiasakan anak-anaknya akan tugas-tugasnya yang diembannya sebagai polisi. Hingga, kedua anaknya mampu menerimanya.

"Saya pernah bertanya ke kedua anakku, bagaimana bila saya berhenti seorang Kapolsek dan lebih memilih mengasuh buah hati? Anak-anakku menolak keinginanku tersebut.", ujarnya.

Pesan untuk Wanita Indonesia

Di akhir perbincangan ini, beliau memberikan pesan bagi seluruh wanita yang ada di Indonesia.

"Kepada semua wanita yang ada di Indonesia, saya berharap agar mampu mengembangkan potensi yang ada di dirinya. Wanita pun dapat mengembangkan karirnya dan menjadi seorang yang sukses", ucapnya.



Baca Selengkapnya
Tidak ada komentar
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.